01. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional [LPJKN] Kode Asosiasi : 000 Jl.Juanda,Kota Jakarta Selatan,9999 Telepon: 9999, ...
Read more »Halaman 1/2 31. Asosiasi Konsultan Indonesia [ASKONINDO] Kode Asosiasi : 122 Gedung UNAS (GALILEO) Jl. Kalileo No. 17-19, Blok ...
Read more »16. Pak Kenong mengisi Bak mandi dengan air selama 0,75 Jam. Jika debit air yang mengalir 18 liter per menit, volume ...
Read more »01. Apabila –192 + (-12) × 7=k, berapakah nilai k? ... (A) -1428 (B) 1.428 (C) -276 (D) 276 02....
Read more »Adik-adik SD seluruh Indonesia sudah mendekati mempelajari 3 mata pelajaran utama. diantaranya Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia. Untuk membiasa...
Read more »Halaman ini adalah daftar untuk beberapa link yang berguna untuk mencari hal yang berkenaan dengan pendidikan, baik itu untuk anak sekolah SD, SMP, ...
Read more »Pada artikel kali ini kami akan menguji salah satu produk notebook/laptop berbasiskan APU AMD Richland dari HP. Seperti apakah kemampuan ...
Read more »Thursday, June 20, 2013
Sejarah Perjuangan Aceh Melawan Belanda
Setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang besar.
---------------------------------
Ilustrasi : Mayor Jenderal J.H.R. Kohler tewas ditembak di bawah pohon kelumpang di depan Masjid Raya Baiturrahman dalam Perang Aceh I
---------------------------------
Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Bahkan, pada hari pertama perang berlangsung, 1 unit kapal perang Belanda, Citadel van Antwerpen harus mengalami 12 tembakan meriam dari pasukan Aceh.
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan.
Saran ini ternyata berhasil. Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh. Sultan M. Dawud akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda.
Kesultanan Aceh akhirnya jatuh pada tahun 1904. Saat itu, Ibukota Aceh telah sepenuhnya direbut Belanda. Namun perlawanan masih terus dilakukan oleh Panglima-panglima di pedalaman dan oleh para Ulama Aceh sampai akhirnya jepang masuk dan menggantikan peran belanda.
Perang Aceh adalah perang yang paling banyak merugikan pihak belanda sepanjang sejarah penjajahan Nusantara.